Jawa Timur Escape - Hari III (Kawah Ijen, Bromo)


Senin, 12 Oktober 2015
 

Dinginnya udara di Ijen membuat saya tidak bisa tidur dengan nyenyak walaupun sudah pindah ke dalam mobil, tapi lumayanlah masih bisa tidur sekitar 2 jam. Pada jam 2 pagi saya dan beberapa teman sudah bangun dan kami memutuskan untuk menuju warung tempat kami makan semalam mencari minuman hangat, tapi ternyata warungnya belum buka. Di sebelah warung tersebut ada sekelompok orang yang sedang menghangatkan tubuh dengan membuat api unggun, tanpa ragu kami pun ikut bergabung. 

Sempat ngobrol dengan salah satu mas yang ada di situ dan diketahui kalau mereka berasal dari kota Banyuwangi dan sudah 2 kali datang ke Ijen. Dari mereka juga kami mengetahui bahwa kami tidak akan bisa melihat blue fire pada hari itu, karena kondisi kawah sedang banyak mengeluarkan gas jadi pintu baru akan dibuka sekitar jam 4, yang berarti sudah tidak akan sempat melihat blue fire dan sunrise di kawah. Mendengar itu kami agak kecewa, apalagi kami sudah menunggu semalaman sampai kedinginan.



Sebenarnya saat makan malam kami sudah mendapat informasi dari sepasang turis Jerman yang makan di warung yang sama bahwa kami tidak akan bisa melihat blue fire karena baru bisa mulai mendaki ke kawah jam 4 pagi, tetapi kami tidak mempercayainya dan mengira bahwa mereka mendapat informasi yang salah. 

Pendakian ke Kawah Ijen memang tidak bisa dilakukan sembarangan. Kawahnya masih sering mengeluarkan gas beracun yang tentunya sangat berbahaya bagi pengunjung. Oleh karena itu setiap hari pintu menuju Kawah Ijen baru akan dibuka oleh petugas bila kondisi di kawah sudah memungkinkan untuk dikunjungi. 
Idealnya untuk bisa melihat blue fire pengunjung harus mulai mendaki paling lambat jam 2 pagi, karena perjalanan biasanya akan memakan waktu sekitar 2 jam dan blue fire akan terlihat jelas saat langit masih gelap. Sebagai info, Ijen merupakan salah satu gunung yang letaknya paling timur di pulau Jawa, sehingga matahari sudah mulai terbit sekitar jam 5 pagi.

Pendakian ke Kawah Ijen

Akhirnya jam 4an lampu loket tempat membeli tiket menyala, yang berarti loket sudah akan dibuka. Saya langsung menuju loket sementara yang lain ada yang memanggil teman di tenda dan ada yang ke toilet. Begitu pintu loket dibuka saya langsung masuk dan membeli tiket. Harga tiket untuk wisatawan lokal Rp 5.000 dan retribusi mobil Rp 10.000. Setelah mendapatkan tiket saya berkumpul dengan teman-teman yang lain. Sebelum memulai pendakian kami berdoa dulu supaya pendakian bisa berjalan dengan lancar.

Di pintu pendakian ternyata kami masih harus mengantri karena belum dibuka, padahal sudah ramai sekali orang yang menunggu. Di pintu pendakian ini tiket yang sudah dibeli diperiksa dan dihitung sesuai dengan jumlah pengunjung yang masuk. 

Akhirnya pendakian pun dimulai. Jalan yang dilalui berupa tanah sehingga saat pengunjung berjalan debu langsung berterbangan. Untungnya kami sudah mengantisipasi dengan menggunakan masker. Jalannya sendiri cukup lebar (sekitar 2 - 2,5 m), tetapi karena ramainya pengunjung yang berjalan bersamaan membuat kami tidak bisa berjalan dengan cepat. Kondisi jalan sendiri pada awalnya masih datar kemudian mulai menanjak dan berbelok-belok. 
Beberapa kali kami harus memberi jalan kepada penambang belerang yang lewat dengan membawa keranjang pikul atau troli. Memang sebaiknya memberikan prioritas kepada para penambang belerang karena menambang belerang merupakan mata pencaharian mereka dan mereka harus bolak-balik beberapa kali untuk bisa mendapatkan banyak belerang.

Semakin lama jalan yang dilalui semakin terjal dan mulai sepi karena pengunjung lainnya sudah mendahului kami. Kami memang tidak mau terburu-buru, mengingat toh tidak akan sempat melihat blue fire dan sunrise. Selain itu melihat kemampuan kami juga yang jarang berolah raga, sehingga harus sering istirahat untuk mengambil napas hehe....
Jalan terjal terus kami temui sampai ke pos terakhir sebelum mencapai kawah. Di pos yang merupakan tempat penimbangan awal belerang ini juga terdapat warung yang menjual minuman dan mi instan yang sangat berguna untuk menambah energi. Di pos ini belerang yang dibawa oleh para penambang dari kawah Ijen akan ditimbang untuk pertama kalinya, dan para penambang akan mendapatkan nota yang berisi berat belerang. Kemudian belerang dibawa ke pos Paltuding untuk ditimbang kembali dan dicocokkan jumlahnya dengan nota yang mereka bawa.

Dari pos terakhir ini perjalanan menuju kawah sudah tidak terlalu berat, hanya saja jalan semakin menyempit (sekitar 1-1,5 m), sehingga kami harus berjalan bergantian. Sepanjang perjalanan ini kami sudah mulai bisa melihat keindahan alam sekitar, karena langit sudah terang. Dan pastinya tidak kami sia-sia kan untuk berfoto ^o^.

Jalur pendakian setelah pos terakhir

Berjalan di pinggir jurang

Penambang belerang sedang beristirahat dalam perjalanan turun
Penambang belerang sudah mulai turun saat kami baru mau sampai puncak


Belokan terakhir sebelum puncak kawah
Sekitar jam 6 kami pun sampai di puncak Kawah Ijen. Pemandangan di sini memang sangat menakjubkan. Air kawah yang berwarna biru kehijauan sangat kontras dengan dinding kawah yang berwarna coklat kekuningan dari belerang. Terlihat asap gas berwarna putih yang keluar dari kawah. Kami hanya berfoto di puncaknya, tidak turun ke kawah karena sudah kecapekan. Lagipula pemandangannya lebih bagus dari puncak daripada dari kawah. Melihat pemandangan di sini membayar pengorbanan kami yang kedinginan semalaman sampai tidak bisa tidur nyenyak.
Thanks God we finally here........








Kita ada di atas awan lo....

Di puncak kawah ini tidak ada orang yang berjualan makanan atau minuman, sehingga pengunjung harus membawa bekal sendiri terutama air minum. Bila tidak ingin terlalu berat membawa bekal setidaknya siapkan air minum, coklat dan madu untuk menambah energi. Saat sampai di puncak saya melihat ada orang yang berkumpul sambil makan jagung rebus dan minum teh yang saya kira orang yang sedang berjualan, tetapi ternyata itu adalah pembagian makanan untuk rombongan dari salah satu perusahaan yang sedang berkunjung ke situ (haha....). Tapi yang membagikan makanan cukup baik sehingga kami diperbolehkan mengambil 1 jagung rebus dan 1 ubi rebus (makasih ya Pak.... ^^)


Kumpulan orang yang awalnya dikira ada jual jagung rebus

Saat berada di puncak kawah, salah satu teman sempat berkenalan dengan seorang tour guide dan mendapatkan contact untuk persewaan jeep yang cukup murah di Bromo (yang tentunya sangat berguna buat kami ^^).

Kami berada di puncak kawah sekitar 1 jam dan setelah puas foto-foto kami pun turun. Perjalanan turun lebih cepat karena tidak banyak berhenti untuk beristirahat dan kondisi jalan yang lebih banyak turunan jadi lebih mudah. Tapi tetap harus berhati-hati karena jalan tanah yang kering menjadi agak licin dan bisa membuat terpeleset. Oleh karena itu sebaiknya menggunakan sepatu dengan sol karet untuk pendakian ke Kawah Ijen.


 


Sampai di Pos Paltuding kami tidak lama beristirahat, hanya membersihkan debu yang menempel di seluruh baju dan sepatu sebelum melanjutkan perjalanan. Awalnya kami ingin istirahat dulu di Paltuding sambil sarapan di warung makan yang kemarin, tetapi karena ramai dan antri kami memutuskan untuk langsung turun dan mencari makan di jalan. Akhirnya kami pun sarapan sekaligus makan siang (karena sudah jam 10an) di Blawan.
Sangat disarankan untuk mengisi perut sebelum naik atau setidaknya bawa bekal yang cukup, karena kami yang hanya membawa bekal coklat dan madu untuk beramai-ramai, saat di puncak sudah merasa lapar sekali karena energi yang terkuras saat pendakian.

Menuju Bromo

Setelah makan dan istirahat cukup lama di Blawan, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Bromo dengan rute Situbondo - Probolinggo melalui jalur Pantura kembali. Kami sempat berhenti di rest area Utama Raya yang terletak di daerah Situbondo, untuk beristirahat dan mandi (dari awal datang kami belum mandi lo... haha...). 
Rest area ini recommended banget buat yang melintasi jalur Pantura, karena kita bisa mandi di kamar mandi yang bersih dengan membayar Rp 2.000 saja. Bila ingin fasilitas lebih bisa menggunakan kamar mandi VIP yang menyediakan air panas, sabun, dan shampo dengan biaya Rp 7.000 saja. Tentu saja saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mencoba kamar mandi VIPnya, dan memang memuaskan. Kamar mandi bersih, shower air panas cukup kencang mengalir, dapat sabun dan shampo pula (jd bersih deh semua debu dan daki di tubuh ^^), badan pun jadi segar kembali setelah mandi. Selain kamar mandi, di rest area Utama Raya juga ada hotel, restoran, mushola dan pom bensin.






Penampakan Rest Area Utama Raya (Source booking.com)

Menjelang magrib kami sampai di kota Probolinggo. Berhubung sudah mendekati Kawasan Bromo, kami beristirahat sekaligus sholat magrib dan mencari makan malam dulu di sini, tepatnya di sekitar alun-alun kota Probolinggo. Sementara teman-teman lain sholat, saya bersama Doni dan Sella langsung mencari makan. Setelah makan malam dan membeli perbekalan untuk dibawa ke penginapan kami pun melanjutkan perjalanan menuju Bromo.

Oya untuk penginapan di Bromo, kami sudah memesan via telpon kepada Pak Bonol, contact yang kami dapatkan sewaktu di Kawah Ijen. Ternyata beliau tidak hanya menyediakan jeep saja, tetapi juga bisa menyediakan penginapan. Kami pikir daripada nanti masih harus mencari penginapan akhirnya kami memesan jeep dan penginapan dengan Pak Bonol. Apalagi menurut perkiraan kami akan sampai saat sudah gelap dan harga yang diberikan juga masih masuk dengan budget yang kami siapkan.

Akhirnya sekitar jam 8 malam kami sampai di penginapan yang terletak di Desa Ngadisari, desa terdekat dari Bromo (saya baru tahu ini keesokan harinya). Sayangnya saat kami sampai sudah gelap sehingga tidak bisa melihat pemandangan selama perjalanan menuju Desa Ngadisari. Penginapan yang kami dapatkan berupa rumah dengan 3 kamar, dan masing-masing kamar bisa untuk 2 orang. Di ruang tengah juga disiapkan 2 kasur ukuran double, jadi keseluruhan rumah tersebut bisa menampung hingga 10 orang. Setelah perjalanan selama 2 hari, baru hari ini kami menemukan kasur (oh... pulau kapuk..... ^_^).

Di penginapan kami tidak langsung tidur, ada yang melanjutkan makan, ada yang beres-beres barang bawaan, dan ada yang bersemedi di kamar mandi (panggilan alam ^^). Sekitar jam 10 malam baru mulai satu persatu masuk ke kamar dan beristirahat.

0 comments:

Posting Komentar