Labuan Bajo : Pengalaman Living on Board



Cara paling efektif untuk menjelajahi kepulauan di Taman Nasional Komodo adalah dengan Living On Board (LOB) atau tinggal di kapalLOB membuat waktu lebih efektif karena tidak perlu bolak-balik ke Labuan Bajo, apalagi jarak tempuh ke pulau-pulau yang ada di Taman Nasional Komodo cukup memakan waktu. Rata-rata wisatawan akan LOB selama 3 hari 2 malam, karena dirasa cukup untuk menjelajahi sebagian besar area tersebut. 

Ada banyak tipe kapal yang bisa digunakan tergantung keinginan wisatawan, semakin besar dan lengkap fasilitasnya tentu saja biaya akan semakin mahal. Kapal yang kami sewa termasuk yang ukuran sedang dengan 2 kamar, 2 kamar mandi dan AC di masing-masing kamar. Di bagian depan ada meja dan bangku tempat makan dan ngumpul. Di belakangnya ada kamar, kamar mandi, dan dapur kecil di bagian belakang kapal. Di lantai atas ada ruang kemudi sekaligus tempat istirahat crew kapal. Di depan ruang kemudi ada dek yang biasa kami gunakan untuk menikmati sunset. 

Kapal sudah kami pesan dari jauh-jauh hari setelah mendapat rekomendasi dari salah satu blog. Pemilik kapal sendiri memiliki beberapa jenis kapal sesuai dengan kebutuhan. Berhubung kami hanya berlima sehingga kami pun memilih kapal ukuran sedang saja. Sebenarnya kami memesan kapal yang non AC, menyesuaikan dengan budget. Tetapi ternyata kapal tersebut ada AC di setiap kamarnya dan bisa digunakan. Yah.... anggap saja lagi beruntung, mendapat kapal ber-AC dengan harga non AC :p

Kapal AC atau non AC sebenarnya juga tidak akan terlalu mempengaruhi kenyamanan karena AC hanya digunakan saat malam hari karena siang hari lebih banyak beraktifitas di luar kapal. Saat malam hari pun udara tidak panas karena berada di laut, angin cukup kencang.

Meja makan dan tempat ngumpul di kapal

Dek di atas kapal bisa untuk bersantai menikmati sunset

Menu makan yang lengkap

Kondisi kamar (abaikan barang berantakan :p)

Setiap hari setidaknya kapal akan berlabuh di 2 pulau dan kami pun akan turun dari kapal. Setiap malam kapal akan berhenti di dekat pulau yang akan kami datangi saat subuh untuk melihat sunrise, sehingga selama kita tidur kapal dalam posisi berhenti.

Ada 3 crew kapal yang membantu selama perjalanan, 1 orang sebagai nakhoda dan  2 orang yang bertugas memasak dan membantu kami selama perjalanan. Karena akan berada di laut selama 3 hari tentu saja makan dan minum termasuk dalam paket penyewaan kapal ini. Setiap berlabuh di pulau atau spot untuk snorkling, salah satu crew juga akan ikut mendampingi, jadi bisa menjadi guide juga.

Crew kapal kami bukanlah warga asli Labuan Bajo, mereka merupakan pendatang dari Makassar dan masih keturunan suku Bajo. Dan menurut cerita mereka kebanyakan crew kapal sama seperti mereka. Tapi mengingat sejarah Labuan Bajo yang merupakan kota pesisir yang penduduk awalnya juga keturunan suku Bajo, tidak heran para pendatang terutama crew kapal, tidak sulit untuk beradaptasi.




Foto bersama crew setelah berlabuh di pelabuhan Labuan Bajo

Merasakan tinggal di kapal selama 3 hari terasa menyenangkan apalagi dengan pemandangan di Taman Nasional Komodo yang membuat perjalanan menjadi tidak membosankan. Selama di kapal hanya hari pertama ada yang mengalami mabuk laut, mungkin karena masih penyesuaian. Namun saat kembali ke dermaga Labuan Bajo setelah 3 hari di kapal jangan heran kalau merasa tanah seperti bergoyang :)
Pengalaman yang sangat berkesan.


Labuan Bajo : Keindahan Indonesia Bagian Tengah



Labuan Bajo merupakan sebuah kota yang berada di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.  Beberapa tahun belakangan ini semakin dikenal sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia, karena kota ini menjadi gerbang utama menuju Taman Nasional Komodo. 

Keberadaan Taman Nasional Komodo membuat Labuan Bajo menjadi salah satu prioritas pengembangan wisata oleh pemerintah. Oleh karena itu tidak heran bila promosi wisatanya cukup gencar bahkan hingga ke luar negeri.

Labuan Bajo menjadi salah satu bucket list travel saya sejak lama, yang akhirnya bisa tercapai bersama 4 orang teman.
Transportasi menuju dan untuk explore Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo yang masih terbatas membuat biayanya cukup mahal. Untuk mengurangi biaya, sharing cost dengan teman pun menjadi alternatif.

Beberapa lokasi wisata yang kami kunjungi selama di Labuan Bajo dan sekitarnya antara lain:

1. Gua Batu Cermin

Gua Batu Cermin terletak di Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. Lokasinya sekitar 15 menit berkendara dari Bandara Komodo. Sebenarnya lokasinya tidak terlalu jauh dari bandara, tetapi kondisi jalan yang sebagian masih kurang baik dan sempit sehingga mobil tidak bisa jalan dengan kecepatan tinggi.
Lokasi yang tidak jauh dari bandara menjadikan Gua Batu Cermin sebagai lokasi pertama yang kami kunjungi setelah mendarat di kota ini. Dengan menyewa mobil di bandara kami langsung menuju gua ini.

Gua Batu Cermin ditemukan pertama kali pada tahun 1951 oleh seorang Pastur sekaligus arkeolog berkebangsaan Belanda,  Theodore Verhoven. Gua ini disebut Batu Cermin karena adanya biasan cahaya yang masuk ke dalam gua dan membuat batu terlihat berkilau, seolah-olah seperti sebuah cermin yang memantulkan cahaya.

Dari pos pembelian tiket kita masih harus berjalan sekitar 200m untuk sampai ke Gua Batu Cermin. Tidak perlu khawatir karena jalan menuju Gua sudah bagus dan cenderung datar. Di kiri kanan jalan akan kita temui banyak pohon bambu berwarna coklat yang cocok menjadi tempat berfoto, jadi berasa seperti di Jepang :)

Gua Batu Cermin terdiri dari beberapa ruangan, ada yang terbuka dan ada pula yang tertutup. Jalan menuju gua bagian dalam sebagian sangat sempit, hanya bisa dilewati oleh 1 orang. Dan untuk keamanan semua wisatawan yang masuk wajib menggunakan helm yang telah disediakan dan disarankan untuk menggunakan guide.


Pos tempat pembayaran tiket masuk (sebelah kiri)

Jalan menuju Gua Batu Cermin di antara pohon bambu

Sudah dibangun tangga untuk akses masuk
  
Salah satu ruangan di gua




Di dalam gua wajib pakai helm

Tiket masuk : Rp 10.000/orang
Sewa mobil : Rp 250.000 (setengah hari)
Guide : sukarela


2. Taman Nasional Komodo

Taman Nasional Komodo merupakan satu-satunya lokasi yang menjadi habitat asli hewan purba Komodo. Makanya tidak heran bila taman nasional ini dikenal luas hingga ke luar negeri. Selain keberadaan komodo, alam dan lautnya yang indah juga menjadi daya tarik wisatawan. Perpaduan kepulauan yang berbukit dan laut biru jernih membuat siapa pun yang ke sini akan jatuh cinta akan keindahannya.

Ada beberapa pulau di Taman Nasional Komodo yang menjadi tujuan wisatawan, antara lain:

a. Pulau Komodo atau Loh Liang

Pulau ini merupakan habitat asli Komodo. Di sini wisatawan bisa melihat komodo dari dekat dengan didampingi oleh ranger. Setiap wisatawan atau grup wisatawan wajib didampingi oleh ranger setidaknya 1 orang per grup. Ranger selain bertugas sebagai guide juga sebagai penjaga kita, karena bagaimana pun Komodo termasuk binatang buas, sehingga harus berhati-hati saat berada di dekat mereka. Biaya ranger sendiri sebenarnya sudah termasuk dalam harga tiket, tetapi bila ingin memberikan tip tidak masalah.



Photo taken by our ranger :)

Pemandangan dari atas bukit Pulau Komodo

Bersama ranger kami


b. Pulau Rinca atau Loh Buaya

Pulau ini mirip seperti Pulau Komodo, menjadi habitat asli hewan Komodo. Sama seperti Pulau Komodo wisatawan juga wajib didampingi oleh ranger. Pulau Rinca juga memiliki kawasan perbukitan yang indah.


Gapura Pulau Rinca

Jalan masuknya lumayan jauh dari dermaga

Komodo sedang leyeh-leyeh :p

Menuju puncak

Lanscape Pulau Rinca

Kelapa muda yang bisa dibeli di sini dan dikirim dari pulau tetangga

c. Pulau Kelor

Pulau yang tidak terlalu besar ini memiliki jalur yang cukup terjal untuk mencapai puncak bukitnya. Tetapi kesulitan untuk mencapai puncaknya akan terbayarkan dengan pemandangan sekitarnya yang menakjubkan. Lokasinya tidak jauh dari Pulau Komodo dan biasa menjadi tempat perhentian saat menuju Pulau Komodo.

Jalur naiknya berbatu dan berpasir

Pemandangan dari puncak Pulau Kelor

Turunnya sambil duduk saking terjalnya :)

d. Pulau Padar
Merupakan pulau yang menjadi icon Taman Nasional Komodo. Karena pulau inilah yang menjadi favorit wisatawan dalam mengabadikan moment mereka di sini. Pulau yang memiliki 3 teluk dan pantai berpasir pink, menjadikan pulau ini sangat indah dilihat dari puncak bukitnya.

The iconic Padar Island









e. Gili Lawa Darat

Gili Lawa Darat menjadi salah satu pulau yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan, baik untuk melihat sunrise maupun sunset. Pulau dengan bukit savana ini memang layak untuk dikunjungi karena pemandangannya yang indah.
Jalur untuk mencapai ke puncak bukitnya bisa melalui 2 jalur, jalur terjal dan jalur agak landai tapi lebih jauh.












f. Pulau Kanawa

Salah satu pulau yang yang telah dibangun resort, sehingga memiliki fasilitas yang cukup lengkap seperti restoran dan toilet. Pulau ini juga menjadi salah satu lokasi untuk snorkling karena airnya yang jernih dan lautnya dangkal. Walaupun dangkal tapi kita tetap bisa melihat terumbu karang dengan ikan-ikan hiasnya.

Pulau Kanawa

Pantainya cukup luas dan dangkal

Banyak yang seperti ini di sekitar pantainya


h. Pulau Manjarite

Pulau ini menjadi salah satu spot untuk snorkling juga, tetapi arusnya yang deras cukup menyulitkan bagi yang kurang berpengalaman.

i. Pink Beach

Salah satu lokasi yang iconic juga di Taman Nasional Komodo dan menjadi lokasi favorit untuk snorkling. Pasir pantainya berwarna pink karena pecahan koral warna merah dari laut. Warna pink akan terlihat lebih jelas saat dilihat dari atas bukitnya.

Pink Beach dilihat dari atas bukit

Pasir pink bercampur dengan pasir cream

Tiket masuk Taman Nasional Komodo bisa dibeli di Pulau Komodo atau Pulau Rinca. Jadi kita hanya perlu membeli 1 kali saja di antara kedua pulau tersebut yang lebih dulu kita datangi.


3. Kota Labuan Bajo

Hari terakhir sengaja kami mengosongkan jadwal untuk beristirahat sambil mengenal lebih jauh kota ini. 

Labuan Bajo adalah sebuah kota yang kecil di pinggir laut. Sebenarnya tidak membutuhkan waktu lama untuk berkeliling kota ini. Hanya ada 1 jalan utama (Jl. Soekarno-Hatta), yang dibuat 1 arah. Jalan yang 1 arah ini terkadang membuat waktu tempuh menjadi lebih lama karena kendaraan harus memutar jauh untuk sampai di tujuannya. Jalan yang kecil sepertinya menjadi alasan kenapa hanya dibuat 1 arah, supaya tidak menimbulkan kemacetan. Oleh karena itu berjalan kaki merupakan cara yang paling efektif untuk menjelajahi pusat kota kecil ini, asal siap berpanas-panasan di siang hari :)

Di ujung timur kota ada Kampung ujung, yang terkenal dengan warung seafood dan menjadi incaran wisatawan untuk menikmati seafood di malam hari. Dari Kampung Ujung menuju barat kota, yang merupakan jalan utama kota, kita bisa menemukan apa saja, mulai dari tempat makan, toko kelontong, agen tour, penyewaan peralatan diving, penginapan hingga toko suvenir. 






Sebenarnya masih ada lokasi wisata yang bisa dikunjungi di Labuan Bajo seperti Gua Rangko, Bukit Cinta, dll, tetapi karena keterbatasan waktu dan fisik yang sudah lelah, sehingga tidak semua tempat bisa dikunjungi.
Semoga ada kesempatan lain untuk berkunjung ke sini lagi, karena tempat ini sudah membuat saya jatuh cinta akan keindahan alam dan keramahan warganya :)


Traveling sendiri atau ikut tour saja?


Katanya traveller sejati itu tidak pernah ikut tour. Hmm...benar tidak ya?
Kalau menurut saya sendiri sih tergantung situasi dan kondisi.

Selama ini saya memang lebih sering menyusun sendiri rencana perjalanan (itinerary), tetapi terkadang juga memanfaatkan fasilitas tour lokal. Maksudnya kalaupun menggunakan tour hanya untuk lokasi tertentu saja bukan yang full tour.

Tour yang pernah saya ikuti misalnya ke Damnoen Saduak Floating Market di Thailand. Alasan saya memilih ikut tour karena transportasi menuju lokasi yang agak sulit dengan kendaraan umum, apalagi saat itu bersama orang tua, sehingga lebih efisien bila menggunakan jasa tour.
Saat ke Labuan Bajo pun saya juga menggunakan jasa tour untuk mengunjungi Desa Wae Rebo. Alasannya juga sama karena transportasi yang masih sulit dan keterbatasan waktu. Selain itu dengan menggunakan guide lokal akan memudahkan dalam berinterksi dengan warga lokal dan mengenal budaya mereka.


Menurut saya ada beberapa kelebihan dan kekurangan bila jalan sendiri dibandingkan bila ikut tour:

1. Waktu
Fleksibilitas waktu adalah kelebihan utama kalau jalan sendiri, kita bisa mengatur jadwal sendiri kapan mulai jalan atau berapa lama berada di suatu lokasi, sehingga bisa lebih maksimal mengeksplor suatu lokasi. Ini yang penting bagi saya yang  suka betah berlama-lama bila ketemu tempat yang nyaman untuk sekedar duduk-duduk atau menikmati suasana.

Bila ikut tour biasanya sudah ada batas waktu yang harus ditaati peserta tour karena mereka memiliki target waktu dan lokasi yang harus dikunjungi, sehingga terkadang menjadi terburu-buru dan tidak bisa menikmati lokasi wisata dengan maksimal. Cara ini sesuai untuk traveller yang memiliki waktu terbatas tetapi ingin mengunjungi banyak tempat sekaligus.

2. Lokasi
Saat kita memutuskan untuk jalan sendiri biasanya kita sudah merencanakan lokasi-lokasi wisata yang akan kita kunjungi. Kelebihan saat jalan sendiri adalah kita bisa memilih sendiri lokasi yang ingin kita kunjungi atau tidak ingin dikunjungi dan kalau tidak bisa dikunjungi hari ini masih bisa dilanjutkan keesokan harinya (bila masih ada waktu).
Kekurangannya adalah kalau kita tidak bisa mengatur waktu dengan baik, banyak tempat yang tidak sempat dikunjungi.

Bila menggunakan tour, kalau tidak sempat mengunjungi suatu lokasi wisata maka tidak ada kesempatan lagi untuk mengunjungi lokasi tersebut, namun hal ini jarang terjadi karena pengaturan waktu tour yang cukup ketat.
Kekurangan dari ikut tour adalah terkadang kita diwajibkan untuk mampir ke tempat produksi dan penjualan kerajinan atau oleh-oleh yang kerjasama dengan pihak tour. Hal ini yang membuat saya malas ikut tour karena membuat banyak waktu terbuang.

Perubahan rute menjadi salah satu keuntungan lain bila kita melakukan perjalanan sendiri. Dengan jalan sendiri kita juga jadi fleksibel untuk menambahkan atau mengurangi lokasi yang ingin dikunjungi sesuai dengan waktu dan kemampuan fisik (termasuk kemampuan keuangan hehe....). Opsi ini sangat cocok bila kita pergi dengan anak-anak dan orang tua, yang kemampuan fisik dan minatnya mungkin tidak sama dengan kita.

3Biaya
Faktor biaya menjadi salah satu alasan kenapa saya lebih sering memilih jalan sendiri. Biaya tour biasanya lebih mahal, sedangkan bila jalan sendiri kita bisa mengatur itinerary sesuai dengan budget yang kita miliki.
Namun dengan biaya tour yang lebih mahal akan ada fasilitas yang sesuai pula, misalnya disediakan transportasi yang nyaman, guide, dan tidak perlu antri membeli tiket masuk lokasi wisata.

Jadi menurut saya jalan sendiri atau ikut tour atau tidak ya kembali lagi kepada kebutuhan dan kondisi kita. Misalnya kalau hanya punya waktu sedikit atau terbatas tetapi ingin mengunjungi beberapa tempat sekaligus akan lebih enak menggunakan tour daripada jalan sendiri menggunakan transportasi umum. 

Intinya adalah membuat perjalanan menjadi menyenangkan, karena kita pasti ingin pulang traveling dalam keadaan happy :)

Mengenal Hong Kong Dengan Menggunakan Transportasi Umum



Bila ditanya apa saja yang saya sukai saat mengunjungi Hong Kong, maka transportasi umumnya akan masuk dalam daftar. Bukan tanpa sebab saya mengatakan itu, bagi saya transportasi umum di Hong Kong adalah salah satu yang terbaik dan pastinya tourist friendly.

Pemerintah Hong Kong sadar betul, sebagai salah satu negara tujuan wisata dunia, transportasi umum menjadi salah satu penunjangnya. Kemudahan dalam menggunakan transportasi umum dan biayanya yang lebih murah tentu saja sangat dimanfaatkan oleh wisatawan terutama yang berwisata dengan budget hemat. Ada banyak jenis transportasi umum yang tersedia dan bisa digunakan tergantung kebutuhan dan tujuannya.

1. MTR (Mass Transit Railway)
MTR adalah transportasi yang paling mudah digunakan karena semua petunjuk jelas. Kita tidak perlu mengira-ngira sudah sampai mana karena ada informasinya di dalam kereta. Kelemahan MTR adalah harus berjalan lebih jauh menuju kereta dan banyak pintu keluar stasiun yang tidak ada lift atau eskalatornya, karena rata-rata MTR berada di bawah tanah.
Selain itu kita juga harus tahu keluar dari pintu mana, karena ada beberapa stasiun besar yang memiliki banyak pintu keluar.

Biaya MTR tergantung dari jarak yang ditempuh dan jalurnya. Akan lebih mahal bila menggunakan MTR yang melewati jalur bawah laut (tunnel).
Untuk rute dan biaya bisa dilihat di sini.


Stasiun MTR Tsim Sha Tsui yang selalu padat

2. Bus Tingkat

Bus di Hong Kong sebagian besar menggunakan bus tingkat, mungkin untuk memaksimalkan jumlah penumpang yang diangkut dengan kondisi jalan yang tidak lebar.  
Keuntungan mengunakan bus adalah haltenya yang mudah dijangkau karena berada di pinggir jalan sehingga tidak perlu naik turun tangga. Kekurangannya kita harus tahu turun di halte mana dan memencet bel bisa sudah mendekati karena bila di halte tersebut tidak terlihat calon penumpang yang menunggu dan tidak ada yang memencet bel maka bus tidak akan berhenti.

Untuk membayar kita harus masuk dari pintu depan dan tap kartu di mesin. Pembayaran dengan cash diberikan ke supir atau masukkan ke kotak di samping supir dan tidak disediakan kembalian.

Di dalam bus biasanya ada petunjuk rute

Di dalam bus, tampak mesin untuk tap kartu dan kotak pembayaran
3. Mini Bus

Selain bus tingkat, di Hong Kong juga terdapat mini bus (seperti ELF). Saat di Hong Kong saya sempat menggunakan bus ini 2 kali, yaitu saat menuju Nan Lian Garden dan Hong kong Park. Pengalaman pertama kali saat menuju Nan Lian garden memberikan pengalaman yang melelahkan tapi berkesan :).


Nan Lian Garden sebenarnya hanya berjarak 1 stasiun MTR dari Wong Tai Sin Temple, tetapi kami ingin mencoba alternatif lain dengan menggunakan bus. Mengandalkan google maps kami pun mengetahui nomor bus yang harus kami naiki adalah bus nomor 72 dari halte di dekat Wong Tai Sin Temple. Kami pun berjalan ke arah halte terdekat dan mencari nomor bus di papan petunjuk, tetapi tidak menemukan nomor bus yang dimaksud. Akhirnya kami mencoba halte berikutnya dan tidak juga menemukan nomor bus tersebut di papan petunjuk. Setelah berjalan cukup jauh akhirnya kami pun mengetahui bahwa bus yang akan kami naiki adalah bus kecil dan haltenya memang berbeda dengan bus ukuran besar/bus tingkat. Pantas saja kami tidak menemukan halte yang ada nomor bus tersebut karena kami mencari di halte yang salah -_-
Tapi ada hikmahnya juga jalan muter-muter mencari halte bus tersebut karena kami jadi menemukan taman kecil yang bagus dan unik.

Minibus

Di dalam minibus, tetap lega dan nyaman
Ketemu taman ini saat nyasar :)

Tamannya keren.... ini di bagian atas (ada orang lewat di bawahnya tuh)
Pengalaman berikutnya dengan bus kecil ini adalah kami tidak tahu kalau ingin turun kita harus ngomong langsung ke supir, alhasil kami pun kelewatan halte tujuan (bingung mau ngomong apa untuk berhenti dan tidak ada bel pula di busnya). Untungnya bus berhenti di halte berikutnya, karena ada penumpang yang turun, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Nan Lian Garden, sehingga kami tinggal berjalan kaki saja menuju Nan Lian Garden.

Jadi bus kecil ini sama seperti kalau naik angkot di Jakarta, tetapi naik dan turun tetap di halte yang telah ditentukan, tidak bisa sesuka hati.

Berdasarkan pengalaman pertama saat menaiki bus ini, saya pun sudah tahu apa yang harus dilakukan bila menaikinya lagi. Saat menuju Hong Kong Park sejak awal saya langsung bilang ke supir lokasi tujuan sehingga supir pun menginformasikan saat sudah sampai. 


4. Star Ferry
Star Ferry merupakan kapal penyeberangan yang melayani dari Pulau Hong Kong menuju Kowloon. Kapal ini sudah beroperasi sejak tahun 1888. Walaupun sudah ada alternatif transportasi umum berupa bus dan MTR yang melewati terowongan bawah laut di antara kedua pulau tersebut, Star Ferry tetap menjadi favorit warga untuk menyeberang. 
Saya suka menaiki kapal ini karena bisa melihat lanscape kota dengan jelas terutama pada jalur Tsim Sha Tsui - Central.


Masuk ke Star Ferry



Star Ferry


Central Pier untuk Star Ferry
5. Tram
Salah satu ikon kota Hong Kong ini hanya terdapat di Pulau Hong Kong, menghubungkan bagian timur hingga barat pulau.
Bila di bus kita masuk dari depan, maka untuk tram ini kita masuk dari pintu belakang dan tap keluar melalui pintu depan karena tram hanya memberlakukan 1 harga untuk semua jarak.

Tram
Di dalam tram lantai atas (kesan jadul terasa banget)

Salah satu Tram


Tramnya dihiasi banyak iklan :)

Jalur Tram dengan haltenya di tengah jalan
Untuk bisa menggunakan semua transportasi umum di atas, cukup menyiapkan Octopus Card. Kartu ini bisa digunakan untuk membayar biaya transportasi umum, belanja, dan makan di beberapa lokasi. Mirip seperti kartu Flazz dan e-money di Indonesia. Keuntungan menggunakan kartu ini adalah terkadang ada promo atau diskon harga tiket. 

Octopus card bisa dibeli di bandara dan stasiun MTR, sedangkan top up bisa dilakukan di stasiun MTR dan mini market (seperti 7-eleven dan circle-K).

Informasinya bisa dilihat di sini ya.

Selain 5 transportasi tersebut ada 1 lagi yang sering digunakan, yaitu kapal ferry menuju Macau dan sebaliknya. Kapal ferry ini menggunakan kapal cepat dan ada 2 operator besar yang melayani yaitu Turbo Jet dan Cotai Water Jet, tetapi terminalnya berbeda dengan Star Ferry. Ada 3 lokasi terminal ferry ke Macau, di Sheung Wan (Hong Kong Island), Kowloon dan Bandara Hong Kong.
Tidak sulit untuk menuju Macau dari Hong Kong, hampir setiap jam ada kapal yang siap membawa para wisatawan menyeberang. Banyaknya kapal yang tersedia sesuai dengan jumlah wisatawan yang selalu ramai (terlihat dari penumpang kapal yang hampir penuh.

Beruntung selama di Hong Kong saya merasakan semua transportasi umum yang ada, sehingga saya bisa tahu kelebihan dan kekurangan setiap transportasi. 
Melihat dan merasakan sendiri berbagai jenis transportasi umum di Hong Kong membuat saya berkhayal, kira-kira kapan Indonesia bisa seperti ini ya.....