Short Trip to Bandung

Sudah lama nih kita gak jalan-jalan bareng.... 


Kalimat itulah yang menjadi asal mula perjalanan ini terwujud.
Memang sudah lama tim HRGA tidak jalan bareng, terakhir sekitar 2 tahun yang lalu ke puncak.
Kejenuhan bekerja dan butuh penyegaran menjadi alasan teman-teman.
Jadi.....disusunlah rencana short trip to Bandung ini.

Kenapa Bandung yang menjadi tujuan?
Alasannya karena tidak terlalu jauh, banyak tempat wisata yang bisa jadi pilihan dan cukup nyaman untuk semuanya.
Akhirnya ditetapkan perjalanan akan dilakukan pada hari Jumat - Sabtu, 28 -29 Agustus 2015 dengan peserta 8 orang, sesuai kapasitas mobil.

Perjalanan dimulai dari halaman kantor, karena kami berangkat setelah pulang kerja pada jam 21.30. Kami memang sengaja berangkat malam karena menghindari kemacetan dan tidak berencana untuk menginap di penginapan, jadi cukup istirahat di jalan (ceritanya biar ngirit gitu :D ).


Tujuan pertama kami adalah Pemandian Air Panas Sari Ater Subang.

Berhubung belum pernah ke Sari Ater dan tidak tahu jalan, kami mengambil rute yang aman yaitu dari kota Bandung. Sempat kebingungan karena berdasarkan aplikasi Waze yang kami gunakan, ada 2 lokasi Sari Ater, di Subang dan di Bandung. Akhirnya salah satu teman berinisiatif menelpon langsung ke Pemandian Air Panas Sari Ater dan mendapat informasi bahwa lokasinya yang ada di Subang.

Lokasi Sari Ater ini memang sebenarnya masuk wilayah kabupaten Subang, tetapi karena berbatasan dengan Bandung sehingga banyak orang yang menyatakan bahwa Sari Ater berada di Bandung. Sedangkan Sari Ater yang berlokasi di Bandung sendiri merupakan kantor pusat dari Sari Ater Subang (info dari petugas yang ditelpon teman).

Setelah sempat nyasar masuk ke pemandian air panas yang lain, akhirnya kami sampai di Sari Ater sekitar jam 2 pagi. Kami tidak langsung masuk ke area pemandian, tetapi istirahat dulu di parkiran sambil menyantap bekal yang kami bawa dari Jakarta, supaya tidak masuk angin saat berendam nantinya.

Gerbang masuk Sari Ater saat subuh

Makan dulu sebelum berendam

Kondisi parkiran Sari Ater jam 2 pagi, tetap ramai

Bulannya lagi bagus (fullmoon)
Setelah kenyang kami pun masuk ke area Sari Ater. Sebelumnya kami sudah membayar tiket masuk di gerbang masuk. Biaya per orang Rp 65.000 sudah termasuk pemandian air panas Kolam Mayang Sari. Tiket yang digunakan cukup canggih juga, bentuknya berupa kartu yang tinggal di tap di mesin (seperti kartu commuter line). Untuk 1 rombongan cukup 1 kartu yang harus di tap tiap anggota rombongan masuk area satu persatu. Jadi saldo kartu sesuai dengan jumlah anggota rombongan. Keren juga nih.... :)

Kolam air panasnya sendiri seperti kolam renang pada umumnya, hanya airnya yang hangat. Ada 2 kolam besar, tetapi hanya 1 kolam yang terisi penuh airnya, dan 1 kolam kecil untuk anak-anak di area Kolam Mayang Sari ini.

Salah satu kolam air panas
  
Awal masuk ke kolam airnya terasa panas sekali, tetapi setelah terbiasa terasa lebih hangat, makanya untuk penyesuaian sebaiknya tidak langsung nyebur ke kolam tetapi perlahan-lahan supaya tubuh juga tidak kaget dengan perubahan suhu.
Kami berendam sekitar 1 jam. Waktu yang cukup untuk membuat jari tangan dan kaki menjadi keriput :).
Setelah bilas dan berganti baju, kami berjalan-jalan di sekitar area Sari Ater sambil mencari mushola, karena ada teman yang mau sholat subuh.
Kami hanya berjalan-jalan di sekitar pemandian air panas saja karena area lain tutup (ya iyalah...masih jam 4 pagi).

Terinspirasi kodok di kartun Naruto

Kolam air panas

Kolam pancuran air panas
Semua kolam yang ada di sini merupakan air panas, yang terlihat dari asap yang keluar. Puas berkeliling kami pun melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya.

Tujuan kami yang kedua adalah Tebing Keraton.

Yeay.......sudah lama pengen ke sana, akhirnya kesampaian juga  ^_^
Dengan mengandalkan Waze kami pun menuju Tebing Keraton. Dan seperti biasa Waze mengarahkan melalui jalan tikus, yang dalam arti sebenarnya, karena jalannya kecil dan melewati pinggiran lembah, ditambah kabut yang cukup tebal membuat perjalanan menjadi ekstrim sekali. 
Sekitar 1 jam perjalanan kami pun sampai di area Tebing Keraton. Akan tetapi mobil kami tidak bisa sampai ke lapangan parkir di atas karena sedang ada perbaikan jalan menuju Tebing Keraton sehingga mobil harus parkir sekitar 4 km dari Tebing Keraton. Dan untuk menuju ke Tebing Keraton kami bisa menggunakan ojek yang sudah menunggu atau berjalan kaki. Sempat ragu juga dengan info tersebut, apakah memang benar tidak bisa naik sampai ke atas, tetapi melihat banyak mobil yang parkir di jalan akhirnya kami juga parkir di jalan. Dari tempat kami parkir masih harus jalan sekitar 100 meter untuk mencapai warung tempat berkumpulnya ojek.

Kondisi jalan menuju pos ojek yang sedang dalam perbaikan

Setelah berdiskusi dengan teman-teman, ada 2 orang yang memutuskan untuk naik ojek sedangkan sisanya memutuskan untuk jalan kaki saja naik ke Tebing Keraton. Untuk naik ojek sendiri biaya yang dipatok sebesar Rp 40.000/orang untuk sekali jalan ke Tebing Keraton, sedangkan pulangnya cukup Rp 20.000/orang. Atau alternatif lain dengan biaya Rp 60.000 untuk 2 orang sekali jalan menggunakan satu motor (jadi cenglu sama abangnya alias bonceng telu bahasa jawanya). Tapi saat kami mulai jalan ada beberapa tukang ojek yang mengikuti dan menawarkan dengan harga lebih murah menjadi Rp 40.000 untuk 2 orang.
Sebenarnya perjalanan dengan jalan kaki ke Tebing Keraton cukup menyenangkan karena pemandangan pepohonan yang bagus, tetapi karena jalannya menanjak jadi berasa cepat capeknya. Apalagi susah mencari toilet di sepanjang jalan. Hal inilah yang akhirnya membuat saya dan 1 org teman saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ojek saja setelah berjalan kaki setengah perjalanan. Cukup dengan membayar Rp 20.000 untuk 2 orang kami pun sampai ke Tebing Keraton dengan menggunakan ojek.

Tips untuk yang mau ke Tebing Keraton, sebaiknya naik ojek jangan dari awal tetapi berjalanlah sedikit supaya tukang ojek mau menawar biaya yang lebih murah.

Jalan sambil foto2 biar tidak terasa capek :)

Sesampai di pintu masuk tebing keraton, yang pertama kali saya lakukan adalah mencari toilet, sekalian sambil menunggu teman yang belum sampai (pada akhirnya hanya 2 orang teman yang tetap jalan kaki sampai ke Tebing Keraton hehe ^^). Harga tiket masuk ke Tebing Keraton sebesar Rp 11.000/orang.
Dari pintu masuk kami harus berjalan lagi untuk mencapai tebing dengan batu yang ada di foto-foto itu. Pemandangan dari sini memang indah sekali, sayangnya kami kesiangan sehingga tidak mendapatkan pemandangan kabut melayang dari atas Tebing Keraton.
Yang kami lakukan di Tebing Keraton ini adalah foto-foto sepuasnya.... dan ternyata cowok-cowok lebih narsis daripada yang cewek nih... ^_^


Pemandangan dari Tebing Keraton (kabutnya sudah tipis)

Tebing yang jadi lokasi favorit foto2
Papan yang menceritakan sejarah Tebing Keraton
Puas berfoto-foto ria, kami pun memutuskan untuk turun, apalagi matahari semakin terasa menyengat (padahal masih jam 9an). Sesuai rencana awal, kami mampir di Cafe D'Pakar, yang masih satu jalur dari Tebing Keraton, untuk beristirahat sekalian mengisi perut.
Cafe D'Pakar lokasinya sekitar 1 km sebelum tempat kami parkir mobil bila dari arah Tebing Keraton, jadi pada saat kami naik ke atas sebenarnya melewati cafe ini, tetapi belum buka.
Cafe ini sangat cocok untuk beristirahat setelah dari Tebing Keraton, selain karena memang searah, pemandangannya juga tidak kalah dengan Tebing Keraton. Malah teman saya ada yang berkomentar, "Wah mending ke sini daripada Tebing Keraton, lebih luas dan lebih sepi". Hehe...memang tidak salah apa yang dikatakan teman saya itu karena kami malah lebih bisa menikmati pemandangan dengan santai, daripada di Tebing Keraton yang ramai dan panas. Di cafe kami memilih untuk duduk di area dalam yang berupa pendopo, karena area outdoor sedang panas, kalaupun ada yang teduh sudah ditempati oleh orang lain.
Oya sebelum kami memilih tempat duduk ini ada briefing singkat dari salah satu pegawai cafe, yang menjelaskan ketentuan selama berada di cafe, antara lain: minimal order Rp 25.000/orang, bila ingin merokok tidak boleh sambil jalan-jalan supaya tidak mengganggu yang lain dan hanya boleh di area outdoor. Sistem pembayaran seperti di Solaria, kita memesan dan membayar langsung di kasir.
Untuk harga makanan dan minuman sendiri masih tergolong standar, tiap orang bisa menghabiskan sekitar Rp 30.000 - Rp 50.000.

Pendopo sebagai area dalam dan tempat kasir

Pemandangannya mirip seperti dari Tebing Keraton


Jalan setapak dari arah pendopo ke area bawah

Jalan setapak ke area bawah


Salah satu sudut cafe


Jam operasional Cafe D'Pakar :
Sabtu - Minggu : pukul 09.00 - 18.00
Selasa - Jumat  : pukul 12.00 - 18.00
Senin tutup 

Cukup lama kami menghabiskan waktu di Cafe D'Pakar. Menjelang tengah hari kami pun segera beranjak melanjutkan perjalanan ke Cihampelas untuk jalan-jalan dan ke Kartika Sari untuk membeli oleh-oleh. Setelah itu kami pun kembali ke Jakarta.

Walaupun lelah tetapi perjalanan singkat ini sangat menyenangkan, karena mengunjungi tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya, walaupun sudah beberapa kali ke Bandung. Ternyata Bandung memang memiliki banyak sekali tempat yang bagus untuk dikunjungi, dan masih banyak lagi yang belum dikunjungi.
Selain itu, perjalanan ini adalah pertama kalinya dilakukan bersama tim baru. Semoga diberikan kesempatan untuk jalan bareng lagi ya guys.... :).
So....are we ready for the next trip guys????



0 comments:

Posting Komentar