Macau terkenal sebagai salah satu kota judi karena banyaknya kasino di negara ini. Tetapi dibalik itu, Macau juga dikenal sebagai negara dengan peninggalan sejarah yang masih terjaga dengan baik. Maka tidak heran bila bangunan kuno menjadi salah satu daya tarik utama di negara ini. Bahkan sebagian besar bangunan terdaftar dalam Bangunan Bersejarah yang dilindungi oleh UNESCO.
Sebagai negara yang pernah berada di bawah kekuasaan Portugis, pengaruhnya terlihat jelas dari arsitektur bangunan - bangunan yang ada di sini. Walaupun secara administratif Macau saat ini merupakan bagian dari Republik Rakyat Tiongkok, tetapi berada di negara ini seperti sedang berada di Eropa. Bukan hanya bangunannya saja, bahkan masih banyak tulisan dalam bahasa Portugis yang digunakan, terutama untuk nama jalan.
Tujuan kami di Macau akan lebih banyak ke bangunan bersejarah terutama gereja. Pada saat saya mengetahui bahwa di Macau terdapat banyak gereja yang dibangun oleh pemerintah Portugis, saya memutuskan untuk traveling sekaligus ziarah gereja di kota judi ini. Portugis memang terkenal membawa pengaruh yang cukup kuat di bidang agama karena mereka biasanya turut serta membawa para misionaris ke daerah-daerah jajahannya. Seperti di Macau ini yang terlihat dari banyaknya Gereja yang dibangun selama berada dalam kekuasaan Portugis.
Sebelum memulai perjalanan, kami menitipkan koper dan tas terlebih dahulu di Grand Lisboa. Lokasi ini kami pilih atas rekomendasi host Airbnb tempat kami menginap, selain tidak terlalu jauh dengan tempat menginap juga karena gratis. Rata-rata kasino di Macau memang menyediakan penitipan tas gratis yang bisa kita manfaatkan kapan saja.
Sebagai negara yang pernah berada di bawah kekuasaan Portugis, pengaruhnya terlihat jelas dari arsitektur bangunan - bangunan yang ada di sini. Walaupun secara administratif Macau saat ini merupakan bagian dari Republik Rakyat Tiongkok, tetapi berada di negara ini seperti sedang berada di Eropa. Bukan hanya bangunannya saja, bahkan masih banyak tulisan dalam bahasa Portugis yang digunakan, terutama untuk nama jalan.
Tujuan kami di Macau akan lebih banyak ke bangunan bersejarah terutama gereja. Pada saat saya mengetahui bahwa di Macau terdapat banyak gereja yang dibangun oleh pemerintah Portugis, saya memutuskan untuk traveling sekaligus ziarah gereja di kota judi ini. Portugis memang terkenal membawa pengaruh yang cukup kuat di bidang agama karena mereka biasanya turut serta membawa para misionaris ke daerah-daerah jajahannya. Seperti di Macau ini yang terlihat dari banyaknya Gereja yang dibangun selama berada dalam kekuasaan Portugis.
Sebelum memulai perjalanan, kami menitipkan koper dan tas terlebih dahulu di Grand Lisboa. Lokasi ini kami pilih atas rekomendasi host Airbnb tempat kami menginap, selain tidak terlalu jauh dengan tempat menginap juga karena gratis. Rata-rata kasino di Macau memang menyediakan penitipan tas gratis yang bisa kita manfaatkan kapan saja.
1. St. Augustine Church
Gereja St. Augustine masih digunakan untuk melaksanakan misa hingga sekarang. Bahkan Gereja ini masih menjalankan tradisi Prosesi Paskah setiap tahun yang diikuti oleh ribuan warga.
Gereja St. Augustine dibuka untuk umum dari jam 10.00 - 18.00, kecuali bila ada misa.
Gereja St. Augustine |
Gereja St. Augustine tampak depan |
Interior Gereja St. Augustine |
Di dekat gereja ini terdapat Seminari St. Joseph dan Dom Pedro V Theatre, yang merupakan gedung pertunjukan dan masih digunakan sebagai salah satu tempat pertunjukan yang terkenal di Macau.
Dom Pedro V Theatre |
2. St Lawrence Church
Gereja St. Lawrence pertama kali dibangun dari kayu pada tahun 1560 dan dibangun kembali dengan batu pada tahun 1801 - 1803. Bangunan Gereja yang ada saat ini sendiri merupakan hasil renovasi tahun 1846 (berapa kali renovasi ya?).
Gereja yang dibangun oleh misionaris Jesuit ini bergaya neo-klasik dengan 2 menara, satu menara jam dan lainnya menara lonceng. Gereja ini dibangun untuk menghormati Santo Lawrence yang dibunuh oleh seorang Gubernur Roma karena menolong warga miskin.
Gereja St. Lawrence menghadap ke laut dan pada jaman dulu keluarga nelayan Portugis biasa menunggu anggota keluarga mereka yang melaut di depan gereja ini sambil mendoakan keselamatan mereka. Oleh karena itu gereja ini disebut juga Feng Shung Tang atau Hall of The Wind atau Lorong Angin Penyejuk.
Gereja St. Lawrence dibuka untuk umum jam 07.00 - 21.00.
Interior gereja St. Lawrence |
Satu hal yang membuat saya kagum dengan Gereja ini adalah adanya penjualan suvenir berdasarkan kejujuran. Maksudnya kita boleh mengambil suvenir yang ada tetapi membayar dengan memasukkan uang sesuai harga suvenir (lebih juga boleh kok :)) ke dalam kotak yang telah disediakan. Mirip seperti kantin kejujuran dan tidak ada yang menjaga suvenir-suvenir tersebut.
Suvenir yang dijual bervariasi, mulai dari benda-benda rohani seperti rosario, salib, gantungan kunci hingga gelas. Harga suvenirnya juga cukup murah, seperti gelas yang dijual dengan harga MOP15 saja (tidak sampai 30ribu).
Penjualan suvenir sendiri sebenarnya sebagai bagian dari penggalangan dana untuk membantu biaya perawatan Gereja. Kalau kita menyumbang dan mendapatkan suvenir tentu akan lebih berkesan bukan? ^_^
Ambil suvenirnya lalu masukkan uang ke dalam kotak sebelah kanan |
Kapel Penha pertama kali dibangun oleh penumpang dan awak kapal yang lolos dari penangkapan oleh Belanda di puncak Penha Hill pada tahun 1622. Seiring berjalannya waktu, Kapel ini menjadi tempat para pelaut berziarah sebelum memulai pelayaran yang berbahaya.
Sesuai lokasinya, untuk mencapai ke kapel ini harus melewati jalan yang menanjak. Sempat bingung karena tidak banyak petunjuk menuju kapel ini, tetapi berkat bantuan salah satu warga Macau, kami bisa mencapai kapel ini. Tidak sia - sia kami berjalan lumayan jauh dan menanjak karena pemandangan dari kapel ini sangat bagus. Sebagian kota Macau bisa terlihat termasuk Macau Tower.
Chapel of Lady of Penha tampak depan |
Menuju Penha Hill |
Macau Tower terlihat jelas dari samping kapel |
4. Chapel of St.James
Kami sempat kebingungan saat mencari kapel ini karena lokasi kapel yang di luar dugaan. Sesuai dengan alamat yang tercantum di buku panduan, kami pun menuju ke Avenida de Republica (Republic Road) dengan berjalan kaki dari Penha Hill (sekitar 10 menit dengan jalan yang menurun). Setelah sempat bertanya-tanya, kami pun sampai di jalan tersebut, tetapi kami kebingungan karena tidak menemukan adanya bangunan berbentuk gereja. Bangunan yang ada di alamat tersebut adalah sebuah hotel. Akhirnya kami pun bertanya kepada seorang pria yang berdiri di depan hotel tersebut, dan akhirnya kami pun tahu bahwa kapel tersebut berada di dalam hotel tersebut.
Kapel St. James ini memang berada di dalam benteng Fort Barra, yang dibangun pada tahun 1740. Saat ini benteng tersebut telah direnovasi dan menjadi bagian dari sebuah hotel bergaya Portugis yang dinamakan Pousada de Sao Tiago. Jadi kalau kita mau ke kapel ini kita harus masuk ke hotel tersebut lalu bilang saja sama pegawainya kalau mau ke kapel, maka akan ditunjukkan lokasi kapelnya.
Tangga masuk hotel |
Kapel St. James dibangun di benteng ini karena St. James dipercaya sebagai pelindung para tentara. Makanya patung St. James yang ada di kapel ini menggunakan seragam perang jaman dulu lengkap dengan pedang dan perisainya. Kapel ini sendiri sangat kecil dan tidak banyak benda di dalamnya.
Kapel St. James yang kecil |
Ornament di dinding kapel |
Ornament dinding kapel |
Pintu hotel dilihat dari atas |
Oya karena lokasi yang berada di dalam benteng dan menjadi bagian dari Pousada de Sao Tiago, kapel ini cukup bagus dijadikan tempat berfoto. Apalagi berdasarkan informasi yang saya baca, kapel ini juga sering menjadi lokasi pernikahan. Kalau penasaran bisa lihat web
hotelnya di sini.
Dari Chapel of St. James sebenarnya kami ingin langsung menuju ke Macau Tower, tetapi karena hujan akhirnya kami memutuskan untuk menuju tempat menginap.
Jadi kami memutuskan untuk mencari makan dan menuju tempat menginap untuk beristirahat. Harus mengumpulkan tenaga karena besok juga akan berjalan cukup jauh nih...
0 comments:
Posting Komentar