Menikmati Kuala Lumpur Dalam 1 Hari Bersama Keluarga




Liburan bersama seluruh keluarga itu rasanya menyenangkan karena merupakan kesempatan yang jarang bisa dilakukan, mengingat kami tinggal di 2 kota yang berjauhan, antara Jakarta dan Yogyakarta, serta kesibukan pekerjaan masing-masing.
Namanya liburan keluarga sudah pasti dong pesertanya juga lebih banyak. Yups....kali ini rombongan berjumlah 9 orang (8 dewasa dan 1 anak) yang berlibur ke Kuala Lumpur ^_^

Total waktu di Kuala Lumpur sebenarnya 3 hari 2 malam, tetapi bisa menikmati secara maksimal hanya 1 hari. Hari pertama kami sampai di Kuala Lumpur sudah tengah malam dan di hari terakhir hanya jalan2 di sekitar KL Sentral, karena ada yang harus pulang ke Jakarta siang hari dan ada yang melanjutkan perjalanan ke Malaka.

Tidak seperti saat traveling bersama teman, kali ini perjalanan dilakukan dengan santai karena ada orang tua dan anak kecil. Sehingga kami tidak memaksa untuk mulai pagi2 sekali dan tidak buru2 untuk mencapai lokasi wisata. Transportasi yang digunakan adalah transportasi umum, nulai dari monorail, grabcar, LRT, hingga bus.

Lokasi yang berhasil dikunjungi dalam 1 hari kali ini adalah KL Tower, Bukit Bintang, KLCC, dan Petaling Street.

Penginapan yang dipilih  Easy Hotel yang berada di area KL Sentral. Sengaja memilih hotel ini karena akses transportasi umum yang dekat dan mudah untuk tujuan ke mana saja. Kami tinggal menggunakan jembatan penyeberangan yang ada di depan hotel untuk menuju KL Sentral, bahkan stasiun monorail berada di samping hotel (dari kamar kelihatan keretanya ^^). Selain itu ada restoran dan mini market 24 jam juga di bawah hotel.
Bila pergi bersama orang tua dan anak kecil memang sebaiknya mencari lokasi menginap yang mudah untuk transportasi umum dan tempat makan, supaya energi tidak habis hanya untuk mencari transportasi atau makanan.


KL Tower

Setelah sarapan di restoran bawah hotel, kami memulai perjalanan menuju KL Tower dengan menggunakan monorail. Dari stasiun KL Sentral naik monorail hingga stasiun Raja Chulan, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju KL Tower. Jalannya ternyata lumayan jauh juga dari stasiun menuju KL Tower, hampir 1 km sampai pintu gerbang utamanya. Untungnya dari pintu gerbang KL Tower ada mobil shuttle gratis. Kalau jalan kaki dari pintu gerbang gempor juga karena jalannya mendaki -_-'.

Stasiun monorail Raja Chulan

Petunjuk menuju KL Tower
Betah jalan kaki kalau trotoarnya seperti ini
Sampai juga di gerbangnya...
Di gerbang KL Tower
Shuttle gratis
Sampai di KL Tower langsung beli tiket untuk naik ke atas. Ada 2 pilihan yang bisa dipilih, yaitu obseravation dan sky deck. Mengingat budget dan adanya anak kecil, kami memilih yang observation deck saja. Untuk mengetahui harga tiket lengkapnya bisa dilihat di sini.
Saat kami sampai sekitar jam 10 belum ada antrian, tapi saat turun antrian cukup panjang. Jadi sebaiknya datang sepagi mungkin biar tidak antri lama. 
Sebelum naik lift kita akan diarahkan untuk berfoto terlebih dahulu, nantinya foto bisa diambil saat akan turun. Keluar dari lift di observation deck lagi-lagi kami diarahkan untuk berfoto yang bisa diambil nanti.

Tiket KL Tower

Observation Deck berbentuk lingkaran sehingga kita cukup berjalan mengelilingi ruangan untuk kembali ke titik awal, tidak terlalu luas sehingga tanpa sadar kami sudah mengelilingi ruangan lebih dari sekali. Dari sini kita bisa melihat pemandangan kota Kuala Lumpur 360 derajat dengan highlightnya adalah Twin Tower. Di sini juga tersedia teropong yang bisa digunakan untuk melihat jarak jauh, tetapi cuaca yang agak mendung membuat pemandangan tidak terlalu jelas.


Di Observation Deck
Mencoba mesin pencetak pin
Ada gambar gedung tertinggi di dunia
Teropong yang bisa digunakan gratis
Pemandangan Twin Tower dari KL Tower

Saat akan turun ada yang menawarkan hasil foto saat kita masuk tadi. Foto2 tersebut tidak wajib diambil, kalau mau ambil harus bayar RM 80 & RM 60, tergantung dari foto yang diinginkan. Fotonya cukup bagus sehingga kami pun memutuskan untuk mengambilnya, apalagi bisa download softcopy nya menggunakan aplikasi di HP.
Ini fotonya.... not bad kan... ^_^






Turun dari KL Tower jangan langsung meninggalkan area ini karena masih banyak yang bisa diexplore. Antara lain mini zoo, upside down house, aquarium, XD theater, F1 simulator, dan Taman Eco Rimba.



Dari semuanya yang gratis hanya Taman Eco Rimba, sehingga kami pun menuju ke sana. Lokasinya tidak jauh cukup berjalan sedikit ke arah gerbang utama.
Taman Eco Rimba ini merupakan hutan kota yang mengelilingi KL Tower. Siapa sangka di tengah kota metropolitan Kuala Lumpur masih ada hutayang luas. Untuk menjelajahinya bisa menggunakan jembatan kanopinya yang panjang banget.

Pintu masuk Taman Eko Rimba

Jembatan canopy yang sambung menyambung

Bukit Bintang

Dari gerbang utama KL Tower, karena kondisi hujan dan sudah mulai lapar kami pun menuju Bukit Bintang menggunakan 2 Grab car. Berjalan-jalan sebentar di Sungei Wang Plaza sekaligus makan siang, lalu melanjutkan perjalanan ke Pavilion dengan berjalan kaki. Jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh tapi karena sambil mampir2 ya jadi agak lama juga ^_^. 

Sepanjang jalan menuju Pavilion bisa terlihat suasana daerah Bukit Bintang yang menurut saya sudah mulai menyaingi Orchard Road Singapura. Deretan mall dengan sign board brand terkenal, kafe, gedung perkantoran dengan trotoar yang lebar membuat jalan kaki terasa nyaman, termasuk bagi kami yang membawa stroller (kapan Jakarta bisa begini ya -_-).




Sebenarnya tujuan mampir ke sini hanya karena ingin tahu keadaan saja, bukan untuk belanja. Jadi setelah mampir ke Toys R Us sebentar kami pun melanjutkan perjalanan menuju Twin Tower Petronas / KLCC dengan berjalan kaki. 
Kami memutuskan untuk berjalan kaki karena ingin memanfaatkan jembatan penghubung antara Pavillon dan KLCC yang disebut juga Pavilion - KLCC Pedestrian Walkway. Panjang jembatan ini 1,173 km. Jarak yang cukup jauh, tetapi dengan suasananya yang nyaman dan adem (ada ACnya) membuat perjalanan tidak terasa jauh. Bahkan orang tua saya juga menikmati dan tidak sadar kalau sudah sampai, karena tidak terasa capeknya berjalan. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju KLCC hanya sekitar 15 menit dengan berjalan santai.
Kami sampai di KLCC melalui pintu Aquaria KLCC, tapi tidak mampir hanya lewat saja ^_^.

Di dalam Pavilion - KLCC Pedestrian Walkway yang nyaman

Ada banyak penunjuk arah pintu keluar


Twin Tower Petronas / KLCC

Ini merupakan kunjungan saya ke KLCC yang ke-3. Mau ke sini lagi karena belum pernah ke KLCC saat malam untuk melihat Twin Tower yang diterangi lampu-lampu.
Sampai di taman saat sudah sore hari, terlihat sudah ramai pengunjung yang sedang bersantai. Kami pun langsung menuju bagian tengah taman untuk berfoto dengan latar belakang Twin Tower.
Setelah puas berfoto, kami masuk ke Suria untuk menunggu gelap.


Foto wajib bila ke KL :)

KLCC Park yang selalu ramai

Berhubung di Kuala Lumpur matahari lebih lama terbenam dibandingkan Jakarta, sehingga setelah jam 7 malam (waktu setempat) langit baru mulai gelap. Selain bisa melihat Twin Tower yang dihiasi lampu, ada pertunjukan air mancur menari yang juga berhiaskan warna-warni lampu. Ternyata semakin malam pengunjung juga semakin ramai. Bahkan di hari kerja pun sangat ramai pengunjung yang datang ke taman KLCC ini. 



Twin Tower saat malam

Air mancur warna-warni di KLCC Park


Petaling Street

Tujuan terakhir kami adalah Petaling Street yang berada di Chinatown. Untuk menuju ke Petaling Street kami menggunakan kereta Kelana Jaya dari KLCC dan turun di stasiun Pasar Seni. Stasiun Pasar Seni ini juga menjadi perhentian bagi yang ingin ke Central Market. 

Petaling street saat malam hari memang akan dipenuhi oleh para pedagang di sepanjang jalan, bahkan jalan ditutup untuk kendaraan. Bukan hanya barang-barang seperti tas, baju atau suvenir yang dijual, tetapi juga berbagai macam makanan, khususnya chinese food. Sampai di Petaling Street sudah lewat jam 8 dan berhubung bukan weekend, suasananya tidak terlalu ramai. 

Seperti pasar malam pada umumnya, di sini kita juga harus menggunakan jurus tawar-menawar untuk bisa mendapatkan harga yang lebih murah. Untuk jenis barangnya sendiri menurut saya hampir sama saja dengan pasar malam pada umumnya, sehingga tidak terlalu istimewa (emang gak niat belanja juga sih ^_^).


Stasiun LRT Pasar Seni


Lammpion sebagai penanda sudah sampai di Petaling Street

Banyak pedagang yang mulai membereskan dagangannya saat kami meninggalkan Petaling Street, sekitar jam 10 lewat. Saya mengira bakal buka sampai tengah malam, tetapi ternyata jam 10 sudah mulai pada beres-beres.

Dari Petaling Street kami menuju terminal bus yang berada tidak jauh dari stasiun Pasar Seni untuk menaiki bus kembali ke hotel. Sebenarnya masih bisa naik kereta ke KL Sentral, tapi karena ingin mencoba alternatif transportasi yang lain, kami memilih menggunakan bus.

Perjalanan yang cukup melelahkan tetapi menyenangkan. Dan sesuai perkiraan transportasi umum di Kuala Lumpur sudah cukup memadai untuk membawa rombongan keluarga mengelilingi kota ini, dan harganya tetap lebih murah daripada sewa van. Jadi menggunakan transportasi umum saat berlibur dengan keluarga, kenapa tidak? Asal pada kuat jalan ya.... ^_^

Hong Kong - Macau Trip Day 7 : Ziarah di Kota Judi Part 2




Hari kedua di Macau kami mulai sepagi mungkin. Lokasi menginap yang dekat dengan Ruin of St. Paul memudahkan kami dalam mencapai tujuan, yaitu gereja dan tempat wisata di sekitar Ruin of St. Paul. Hari ini memang kami tidak akan fokus pada gereja saja, tetapi beberapa lokasi wisata yang sudah dikenal di Macau.


1. Cathedral




Gereja Katedral Macau memiliki sejarah yang cukup  panjang. Gereja ini pertama kali dibangun pada tahun 1576. Pada awal pembangunan gereja hanya berupa bangunan kayu yang kecil. Pada tahun 1849 umat Katolik lokal mengumpulkan dana untuk merenovasi bangunan gereja hingga menjadi besar seperti yang ada sekarang ini. Sekitar 24 tahun setelah katedral direnovasi, badai topan merusak bangunan gereja sehingga gereja direnovasi kembali pada tahun 1937.
Gereja yang berada di Rua de S.Domingos ini bukanlah gereja terbesar yang ada di Macau, tetapi merupakan salah satu yang termegah.

Gereja Katedral
Interior Gereja Katedral

Wadah lilin ditempel kertas yang berisi doa atau permohonan

2. St. Dominic Church

Gereja St.Dominic merupakan gereja yang paling dikenal oleh turis di Macau. Hal ini karena lokasinya yang sangat dekat dengan salah satu bangunan simbol kota Macau, Ruin of St.Paul, sehingga hampir setiap turis yang mengunjungi Ruin of St.Paul juga akan mengunjungi gereja ini. 

Seperti gereja lainnya di Macau, pada awalnya gereja ini dibangun dengan menggunakan kayu, dan dibangun kembali menjadi bangunan batu pada tahun 1828.

Gereja St. Dominic

Altar Gereja St.Dominic
Di Gereja ini terdapat museum yang menyimpan artefak "Treasure of Sacred Art", yang terdiri dari benda-benda peninggalan misionaris di masa lampau. Pintu masuk museum ada di samping Gereja. Museum terdiri dari 4 lantai yang harus dicapai dengan tangga kayu.
Setiap lantai menampilkan benda-benda yang berbeda, seperti patung para misionaris, patung orang kudus, perlengkapan misa, lukisan hingga busana yang digunakan oleh misionaris pada jaman dulu.


Tangga menuju Museum Treasure of Sacred Art

Patung St. Lucia menjadi salah satu benda yang ada di museum
 
Perhiasan yang dipamerkan di museum


3.  St. Anthony Church




Gereja yang dibangun sebagai penghormatan kepada Santo Antonius Padua, Santo pelindung para pelaut dan nelayan, ini pertama kali dibangun pada tahun 1588 dengan menggunakan kayu dan bambu. Pada tahun 1638 Gereja direnovasi menggunakan batu. Model bangunan yang ada sekarang sendiri merupakan hasil renovasi  tahun 1930 dan 1950.

Gereja St. Anthony
Interior Gereja St. Anthony
 
Patung St. Antonius Padua (tengah)

4. Ruin of St Paul



Setiap orang yang datang ke Macau biasanya akan mampir ke sini karena bisa dikatakan inilah icon Macau. Yups.... Ruin of St Paul menjadi must visit place bagi turis di Macau.
Didirikan pada tahun 1602 dan selesai pada tahun 1640 oleh misionaris Jesuit (salah satu ordo Katolik), gereja ini merupakan salah satu gereja terbesar di Asia pada masanya.
Pada tahun 1835 badai yang menerjang Macau menyebabkan kebakaran dan menghancurkan gereja ini hingga meninggalkan satu bagian dinding saja seperti yang terlihat saat ini.

Di bagian belakang reruntuhan gereja terdapat museum yang memamerkan sisa fondasi gereja dan benda-benda peninggalan gereja yang berhasil diselamatkan dari kebakaran.


Foto Ruin of St. Paul dari masa ke masa

Sisa reruntuhan Gereja

Tidak jauh dari Ruin of St. Paul terdapat situs sejarah yang dinamakan The Old City Walls dan Na Tcha Temple. Selain itu juga terdapat Macau Museum yang berisi sejarah dari Macau. Saya tidak masuk ke museum ini karena ingin mengeksplor di bagian luar saja.





Na Tcha Temple

Cerita Legenda Na Tcha

Gerbang menuju Macau Museum

Macau Museum terletak di Monte Fortres yang merupakan bekas benteng pada masa penguasaan Portugis. Bila tidak masuk ke museum kita tetap bisa naik hingga puncak bukit di mana kita bisa melihat pemandangan Macau ke segala arah. 


Banyak meriam di bekas benteng ini

Salah satu pemandangan dari Monte Fortres

Tempat lain yang saya kunjungi di Macau adalah Macau Tower dan Venetian Resort, tapi hanya sebentar untuk sekedar mengetahui kedua tempat yang terkenal di kalangan turis. 





Sunset di Macau Tower
Sebagian besar lokasi wisata di Macau jaraknya berdekatan dan terjangkau dengan jalan kaki. Selama di Macau, saya memang lebih banyak berjalan kecuali saat menuju Macau Tower dan Venetian Resort yang lokasinya cukup jauh dari Ruin of St Paul.

Dua hari di Macau menurut sebagian orang merupakan waktu yang cukup lama untuk mengeksplor, tapi bagi saya sendiri masih kurang, karena saya belum sempat mengeksplor wilayah Coloane. Macau memillliki banyak sekali tempat wisata yang bisa dijelajahi terutama bagi pecinta sejarah dan bangunan kuno. Oleh karena itu saya berharap bisa kembali lagi ke sini dan menjelajahi daerah yang belum sempat saya datangi. Amin..... ^_^